Mengonsumsi kefir membantu meredakan asma.
Awal Juni 2019 amat berkesan bagi Reliando—bukan nama sebenarnya. Dokter di rumah sakit di Jakarta Selatan itu berlibur bersama keluarganya ke Jepang. Sayang, di Negeri Sakura itu Reliando sesak napas, dan batuk. Gangguan itu muncul pada malam hari. Menurut dokter di Kota Malang, Jawa Timur, dr. Zainal Gani, pemicu asma beragam, salah satunya karena alergi. Saat alergi, saluran pernapasan membengkak membuat rongganya menyempit.
Akibatnya penderita kesulitan bernapas. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu mengatakan, salah satu cara menanggulangi asma dengan meningkatkan metabolisme tubuh agar kebugaran optimal. Jika tubuh bugar, sistem imun mampu meredam alergen sebelum memicu gejala alergi. Zainal menyarankan pengidap asma rutin berolahraga untuk memperkuat otot pernapasan.
Kekebalan meningkat
Semula Reliando amat bergantung pada obat jika gejala asmanya kambuh. Jika gejala muncul ia harus meminum obat untuk meredakan sesak di dada. Namun, pada 7 Juni 2019 saat berlibur ke Jepang Reliando mencoba alternatif untuk meredakan gejala asmanya. Sang kakak ipar, Budi Yulianto, yang mengikuti liburan itu memberikan 250 mililiter kefir. Setelah mengonsumsi kefir Reliando menjadi lebih nyaman.
Merasa lebih baik setelah mengonsumsi kefir, Reliando kembali meminta kefir ke saudara iparnya. Ia rutin mengonsumsi segelas kefir setiap hari sebelum tidur. Pasalnya, gejala asma yang diidapnya tidak kambuh setelah mengonsumsi kefir. Setelah kejadian di Jepang Reliando tidak ketergantungan lagi pada obat asma.
Setelah kembali ke tanah air pun Reliando masih rutin mengonsumsi 250 ml kefir sekali sehari pada malam hari. Menurut praktikus kefir di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat, Teddy Cahya Setyadi, kefir membantu mengatasi asma secara tidak langsung, yakni memperbaiki metobolisme tubuh.
Kefir berperan memperbaiki sistem imun tubuh, sehingga kekebalannya meningkat. Ketika itulah tubuh mampu mengendalikan asma. Menurut Teddy pertahanan awal terhadap organisme asing dari jaringan terluar, yakni kulit, permukaan mukosa pencernaan, dan mukosa saluran pernapasan. Sistem itu memiliki banyak sel yang siap melumat organisme lain pada saat terjadi penetrasi di permukaan masing-masing bagian.
Mikroorganisme di dalam kefir terdiri atas jenis bakteri asam laktat (BAL) seperti Lactobacillus, Streptococcus, dan Acetobacter. Setiap keluarga bakteri itu memberikan kontribusi positif bagi kesehatan tubuh manusia, Lactobacillus plantarum, misalnya, memproduksi plantarisin dan bakteriosin yang menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Bakteri lainnya Lactobacillus casei memproduksi asam laktat yang sangat banyak. dan melekat pada dinding usus. Lactobacillus casei mencegah pembusukan pada usus, sehingga mengontrol racun yang masuk dalam usus serta mencegah efek yang berbahaya bagi organ penting dan sel di dalam tubuh. Adapun ragi yang terkandung dalam kefir membuat suhu tubuh lebih meningkat, sehingga tubuh lebih hangat dan nyaman.
Secara sederhana, aneka mikroorganisme dalam kefir memperbaiki kerusakan pada mukus saluran cerna dan mukus saluran pernapasan yang merupakan sistem perlindungan tubuh manusia atau imunomodulator. Tubuh lebih kuat dan mampu mencegah serangan asma seperti yang terjadi pada Reliando. Sejak rutin mengonsumsi kefir, dalam 3 bulan terakhir asma Reliando tidak pernah kambuh.
Kefir Bekal Piknik
Kefir minuman wajib bagi praktikus kefir di Jakarta Selatan, Budi Yulianto. Ayah 2 orang anak itu pun kerap membawa kefir saat liburan, termasuk saat liburan ke Jepang. Budi membawa 2 liter kefir, ditambah setengah sendok teh grain atau bibit kefir. “Satu liter di bagasi dan 1 liter di tas kabin. Sayang kefir di kabin disita di bandara tidak boleh dibawa ke luar negeri,” kata Budi.
Selama di Negeri Sakura, setiap malam Budi rutin membuat kefir. Ia menungkan 1 liter susu ke dalam wadah bersisi setengah sendok teh bibit grain. Setelah meminum kefir, Budi kembali mengisi kembali susu sebanyak yang dikonsumsi. Cara itu efektif tanpa memasukkan kefir ke kulkas. Kualitas kefir dan susu tetap baik dan terjaga. “Bisa bertahan selama 9 hari, hanya asamnya berkurang,” kata Budi.
Menurut Budi ketika hendak meminum kefir jangan lupa menyaring bibitnya. Bisa menggunakan garpu agar bibit tidak keluar dari botol. Menurut ketua Komunitas Kefir Indonesia, Ir. Andang Kasriadi, cara itu efektif bagi para pencinta kefir yang kerap berpergian. Faedah dari kefir tidak hilang. Bibit terus terpelihara dengan adanya penambahan susu. (Muhamad Fajar Ramadhan)
Tambahkan Komentar