Diet : Ketogenik, Ketofastosis, Food Combining, Menu Seimbang dan Kefir.
ANDANG KASRIADI, 4 NOVEMBER 2017
DITULIS DALAM KOMUNITAS KEFIR INDONESIA (KKI)
Menu Diet ketogenik adalah istilah yang digunakan untuk diet dengan kandungan karbohidrat yang sangat rendah namun tinggi lemak. Jika pada umumnya diet menghindari lemak, diet keto justru menekankan asupan tinggi lemak, protein yang moderat, dan rendah karbohidrat. Sehingga harapannya, kalori harian yang didapat, yaitu sekitar 70% – 75% dari lemak, 20% dari protein, dan 5% dari karbohidrat.
Diet ketofastosis merupakan gabungan dari diet ketogenik dan fastosis. Jika ketogenik merupakan sebuah pola makan rendah karbohidrat, tinggi lemak, dan protein sedang. Maka fastosis adalah fasting on ketosis yang artinya puasa dalam keadaan ketosis. Lamanya puasa berkisar dari 6 – 12 jam, bahkan lebih yang bergantung kondisi tubuh masing-masing individu. Menurut perancangnya, fastosis adalah usaha mengembalikan pola hidup manusia sebenarnya, yang akan menghasilkan pola makan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi metabolisme lemak yang optimal.
Menurut yang memeloporinya pola makan Food Combining dirancang selaras dengan siklus metabolisme tubuh agar proses pencernaan makanan, penyerapan sari makanan dan pemanfaatannya untuk tubuh, serta pembuangan sampah makanan berlangsung efektif dan efisien. Dengan demikian, seluruh organ tubuh dapat bekerja sesuai kapasitasnya. Mottonya : MAKAN SESUAI SIKLUS ALAMI. Metoda ini disertai dengan berbagai menu. Sasaran detoksifikasi sangat mendominasi. Menunya cukup ruwet.
Menu Makanan Seimbang adalah menu yang terdiri atas beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang untuk pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan, serta pertumbuhan dan perkembangan. Menu gizi seimbang ini sebagai pengganti prinsip 4 sehat 5 sempurna.
Menu Gizi Seimbang
Semua pola menu ini terkesan disusun oleh orang yang tidak mengenal Kefir, sehingga pendapat Dr Hiromi Shinya yang “mengharamkan” susu cukup mendominasi pada semua menu kecuali pada konsep Gizi Seimbang yang “resmi” dirilis oleh Pemerintah Indonesia.
Namun semua pola menu itu, tidak satupun yang menyinggung pentingnya probiotik sebagai bagian dari menu makanan sehari-hari. Begitupun tentang peran enzim hanya sedikit diulas, bahkan ada yang sama sekali tidak menyebutkan.
====
Prinsip dasar dari tulisan ini, adalah memahami ciptaan Tuhan, dan menyesuaikan menu makanan kita dengan perlengkapan yang diciptakan Tuhan untuk mencerna makanan.
Marilah kita lihat proses kita makan.
Makanan pertama manusia.
Makanan pertama manusia adalah kolostrum, yang selain berfungsi sebagai nutrisi juga memiliki fungsi-fungsi lain yang sangat vital.
Selanjutnya dalam rentang 6 bulan kemudian, bayi hanya minum susu. Komposisi makro nutrient yang ada pada susu adalah hampir 7% hidrat arang, 4% lemak dan 1% protein, sisanya adalah mineral & zat mikro kurang dari 1% dan air yang berkisar 88%.
Menarik untuk disimak, bahwa protein pada ASI rendah dibandingkan pada susu sapi, misalnya, yang mencapai 4%. Tapi inipun selaras dengan pertumbuhan bayi manusia dan bayi sapi, dimana bayi manusia ini tumbuh jauh lebih lambat dari bayi sapi. Dalam 1 tahun, rata-rata berat bayi naik dari 3 kg menjadi sekitar 11 kg (kurang dari 4 kalinya). Sedangkan sapi dari 20 kg menjadi 150 kg (lebih dari 7 kalinya). Inipun tentunya berkaitan dengan pola makan, dimana lewat 2 bulan saja, sapi sudah disapih dan makanan lengkap diberikan satu atau dua bulan kemudian.
Bayi manusia, masih diberi susu sampai 2 tahun, dan makanan lengkap baru diberikan setelahnya. Gigi susu juga tumbuh setelah 2 tahun itu.
Makanan masuk ke mulut
Ketika ada makanan di hadapan kita, maka penilaian awal adalah tampilannya. Tampilan itu akan dikonfirmasikan dengan memori kita tentang makanan, apakah itu makanan atau bukan makanan. Kalau makanan, catatan pengalaman juga akan menginformasikan tentang rasa dan dampak dari makanan tersebut kepada tubuh kita. Reaksinya bisa menjadi lapar, atau sebaliknya.
Penilaian berikutnya adalah dari aromanya. Aroma makanan ini tampaknya sebagian besar dipengaruhi oleh memori tang memang sudah ditanamkan oleh Sang Maha Pencipta. Ibarat ROM (Read Olny Memory) pada komputer. Untuk kebanyakan hewan, ini adalah alat terpenting untuk mengetahui apakah sesuatu itu makanan atau bukan. Pengalaman juga akan berperan, untuk memasukkan tambahan data, bahwa sesuatu itu merupakan makanan lezat atau tidak. Bila ada aroma busuk, maka mekanisme tubuh akan melawannya, orang menjadi mual atau kehilangan selera makan. Makanan yang enak memiliki aroma tertentu yang sudah diset di ROM tadi.
Selanjutnya indra peraba bersama mata, akan menilai apakah itu makanan padat, lembek atau cair. Apakah panas atau dingin. Ini akan menentukan bagaimana cara kita memakannya.
Sesudah itu, masuk mulut, dan lidah yang akan menilai apakah makanan itu enak atau tidak. Penilaian makanan yang enak, didominasi oleh rasa manis, asin dan gurih, dalam suatu rentang intensitas tertentu. Sementara rasa pahit dan asam (terutama yang intensitasnya tinggi) dianggap tidak enak, akan langsung dimuntahkan.
Berikutnya, kalau makanan cair akan langsung ditelan. Kalau padat, maka akan diolah dulu di mulut, dikunyah.
Untuk itu, manusia dewasa pada umumnya memiliki 32 buah gigi, untuk membantu memasukkan makanan ke mulut serta untuk mengunyah.
Susunan Gigi Manusia Dewasa
Ada 8 gigi seri yang berfungsi untuk memotong makanan. Makanan yang perlu dipotong dengan gigi seri ini adalah makanan padat yang tidak terlalu keras. Biasanya adalah buah-buahan dan sayuran.
Ada 4 buah gigi taring, yang penting untuk mengoyak makanan yang liat, umumnya berupa daging atau sejenisnya.
Ada 20 gigi geraham untuk menghaluskan makanan sebelum ditelan. 8 buah geraham depan dan 12 buah geraham belakang. Gigi geraham ini adalah untuk menghaluskan makanan padat sebelum ditelan.
Dari susunan gigi ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia didisain oleh Tuhan sebagai mahluk omnivora (pemakan segala).
Proses Pencernaan.
Dalam proses mengunyah, ke dalam mulut disekresikan cairan berisi enzim, co enzim dan kofaktor. Terbanyak adalah cairan yang mengandung enzim pengolah hidrat arang, yang mencapai sekitar 70% dari keseluruhan volume air liur yang bisa mencapai sekitar 1,5 liter sehari pada orang dewasa.
Selanjutnya makanan masuk ke lambung. Disini ditambahkan asam lambung dan berbagai enzim serta co enzim yang intinya adalah mengolah protein. Volume asam lambung antara 20 - 100 cc. Keasaman di lambung sangat tinggi, dengan pH antara 1 - 3.
Lemak diolah setelah melewati lambung dengan bantuan cairan empedu, yang volumenya bekisar antara 0,5 - 1 liter sehari.
Proses Metabolisme.
Pertumbuhan sel memerlukan protein, lemak dan hidrat arang, namun proporsinya didominasi oleh protein. Protein ini merupakan pilihan terakhir untuk dijadikan tenaga, bila hidrat arang dan lemak tidak mencukupi. Pembakaran protein menjadi energi juga menghasilkan zat beracun (urea), sehingga menggunakan protein untuk enersi kurang diharapkan.
Dengan menelaah proses metabolisme ini, tampaknya cukup beralasan kalau para ahli gizi menyimpulkan bahwa komposisi makanan kita yang ideal adalah Hidrat Arang antara 60 - 70%, Lemak antara 15 - 25% dan Protein antara 10 - 15%.
Tentu saja, diperlukan penghalusan berdasarkan aktivitas harian kita.
Menu dengan Kefir.
Orang dewasa dengan berat 60 kg dan kebutuhan kalori sekitar 2200 kcal sehari, membutuhkan Hidrat arang sekitar 350 gram, Lemak 90 gram dan Protein 60 gram.
Satu gelas Kefir Optima (200 cc), menghasilkan sekitar 120 kcal, Hidrat arang 8 gr (2% AKG/Angka Kebutuhan Gizi harian)), Lemak 8 gram (9% AKG) dan Protein 8 gram (13%) Kalau hidrat arangnya datang dari beras, dengan 8% protein, maka dari sini didapat sekitar 25 gram protein. Jadi dari segelas Kefir dan dari nasi saja, sudah lebih dari setengah kebutuhan protein terpenuhi. Tambahnya untuk memenuhi AKG tinggal ditambah sebutir telur dan satu dua potong tempe/tahu.
Bagaimana dengan sayur ? Microflora itu adalah sayur dalam ukuran mikro. Jadi sudah lumayan. Tinggal tambahlah buah-buahan sekedarnya. Yang paling mudah dan murah adalah pepaya, jeruk dan nenas. Untuk yang usianya di atas 40 tahun, nenas merupakan buah-buahan yang penting.
Dengan tambahan Kefir satu atau dua gelas sehari, praktis menu makanan apapun akan mendekati komposisi ideal yang dibutuhkan. Dengan bantuan Kefir, yang berisi semua asam amino esensial, menu paling sederhana berupa nasi, telur, tempe, tahu dan pepaya sudah merupakan menu makanan seimbang. Kalau lebih dari itu, tentu lebih sempurna. Praktis mudah diperoleh dimanapun juga.
Efek detoksifikasi juga selalu berjalan secara otomatis. Ketersediaan flora usus yang memadai dari Kefir, juga menjamin terbentuknya vitamin tertentu yang vital.
Beban berat mengatur menu makanan lewat sudah. Sejauh prinsip kita makan untuk hidup, dan bukan hidup untuk makan, kuncinya terletak pada tersedianya Kefir. Sisanya praktis bebas makan apa saja. Yang perlu diatur tinggal takarannya saja. Umumnya, karena pencernaan menjadi lebih sempurna, takaran normal bisa dikurangi menjadi hampir setengahnya. Ini juga penghematan yang lumayan.
Tambahkan Komentar