Susu
kambing adalah minuman yang tidak kalah bergizinya dibandingkan dengan susu
sapi. Bahkan keluhan-keluhan kesehatan yang sering dijumpai akibat minum susu
sapi tidak pernah ditemui beritanya pada orang-orang yang mengkonsumsi susu
kambing.
Susu kambing dapat menjadi alternatif bagi konsumen yang
mempunyai alergi terhadap susu sapi. Boleh jadi itulah hikmahnya mengapa dalam
riwayat-riwayat shahih tentang kehidupan Nabi Muhammad saw dan
sahabat-sahabatnya kita temui kisah mereka minum susu kambing, dan bukan susu
sapi!
Namun, manfaat susu kambing sayangnya masih belum disadari
oleh kebanyakan kaum muslimin termasuk bangsa Indonesia yang merupakan penduduk
muslim terbanyak di dunia.
Sebagaimana di negara-negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat, di Indonesiapun susu sapi dan berbagai produk olahannya lebih
memasyarakat dan lebih mudah dijumpai di pasaran dibandingkan dengan susu
kambing.
Sunnah Rasulullah yang telah dilupakan
Rasulullah saw. pernah bersabda sebagaimana yang
diriwayatkan dalam HR. Muslim bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan pada
akhirnya akan datang suatu masa di mana Islam akan menjadi asing kembali.
Karena dalam memahami dan mempraktekkan ajaran-ajaran Islam seorang muslim
diperintahkan Allah SWT. untuk meneladani Rasulullah saw. (QS. 33: 21)[1], maka
dalam sejarahnya terdapat pula masa di mana praktek meneladani semaksimal
mungkin seluruh sikap dan perilaku sehari-hari Rasulullah – termasuk kebiasaan
makan dan minumnya – mengalami masa awal yang asing dan masa kemudian yang
asing pula. Di antara jenis minuman yang biasa diminum oleh Rasulullah saw.
adalah susu kambing segar, yakni langsung diminum sesudah diperah dari ambing
kambing (kisah Abdullah bin Mas’ud pada masa remaja saat dia menggembalakan
kambing milik Uqbah bin Mu’aith)[2]. Namun, berapa persen dari penduduk muslim
di seluruh dunia ini – terlepas dari kemampuan ekonominya – yang punya
kebiasaan minum susu kambing? Atau lebih spesifisik lagi: berapa persen dari
seluruh kaum muslimin di dunia ini yang tahu akan manfaat susu kambing?
Sulit untuk menemukan adanya data statistik aktual tentang
jumlah konsumsi susu kambing di seluruh dunia, apalagi di negara-negara yang
penduduknya sebagian besar muslim karena pada umumnya data internasional
tentang produksi, konsumsi dan kebutuhan susu ternak yang didokumentasikan
dengan baik adalah untuk susu sapi[3]. Bahkan tidak ada data dunia untuk jumlah
populasi ternak ruminant kecil (kambing dan domba) yang dibedakan tujuan
produknya (sebagai pemasok daging, serat wol, kulit ataukah susu).
Namun, dari data yang tersedia3 nampak bahwa produsen susu
kambing yang paling produktif (dalam kg susu/ekor/tahun) di dunia adalah negara
Eropa Barat dan Timur yang sebagian besar penduduknya non-muslim seperti
misalnya Perancis (400), Rusia (125), Spanyol (121), Italia (115), dan Yunani
(78). Sedangkan di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim seperti
Aljazair (47), Irak (35), Sudan (31), Turki (30), Pakistan (17) dan Indonesia
(15) produktifitas susu kambingnya sangat rendah. Juga dari muamalah penulis
dengan sesama muslim, baik bangsa sendiri maupun bangsa asing yang tinggal di
Jerman, dan dari pengamatan terhadap ketersediaan susu sapi dan susu kambing di
pasar, toko maupun pusat-pusat perbelanjaan diduga kuat bahwa jawaban atas
kedua pertanyaan di atas adalah: tidak banyak. Sebagaimana di berbagai aspek
kehidupan lainnya (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan/keamanan)
rupanya dalam hal kebiasaan makan dan minumpun kaum muslimin masih dikuasai
oleh arus pemikiran dan politik negara-negara barat.
Padahal Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’anul Karim:
„Maka makanlah yang halal lagi baik (thoyyib) dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah“ (QS. 16 :114). Kebanyakan kaum muslimin baru tiba pada tahap halal,
belum sampai tahapan thoyyib. Padahal kalau kita menganalogikan dengan kedudukan
sholat wajib dan membayar zakat yang selalu diperintahkan Allah secara
bersama-sama dalam sebuah ayat (contohnya di dalam QS. 2: 83, 5: 12, 19: 55 dan
21: 73) untuk menunjukkan pentingnya hal yang kedua yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dari hal yang pertama (riwayat Abu Bakar Ash Shiddiq r.a.
memerangi kaum muslimin yang enggan membayar zakat meskipun mereka tidak
meninggalkan sholat)[4], maka semestinya pengetahuan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang thoyyib pun tidak boleh dipisahkan dari yang halal. Maka hendaknya
kita tidak berpuas diri dengan mengetahui makanan dan minuman yang halal saja,
melainkan hendaknya kita juga menambah pengetahuan kita akan ke-thoyyib-an
makanan dan minuman halal, termasuk susu.
Kontroversi Susu Kambing dan Susu Sapi
Pada umumnya konsumsi susu ternak dianjurkan karena
potensinya sebagai sumber protein dan kalsium yang sangat penting bagi
kesehatan manusia. Bahkan sebagai sumber kalsium - dengan pola makan masyarakat
yang umumnya sangat kurang konsumsi sayur segarnya - nyaris susu tak bisa
digantikan dengan bahan makanan lainnya[5]. Oleh karena itu, pada umumnya ahli
pangan dan gizi sangat menganjurkan untuk minum susu setiap hari. Namun,
seorang ahli pangan yang sangat memperhatikan pengaruh pola makan terhadap
kesehatan dan proses timbul dan sembuhnya berbagai macam penyakit, Norman W.
Walker telah membuktikan bahwa susu – kecuali susu kambing segar – adalah bahan
makanan yang paling banyak menimbulkan lendir di dalam tubuh manusia[6]. Beliau
juga mengamati bahwa susu yang paling cocok untuk dikonsumsi manusia (selain
bayi yang belum lepas dari air susu ibu) adalah susu kambing segar.
Dinyatakannya pula bahwa pemanasan di atas suhu 48°C justru merusak nilai
fisiologis susu kambing dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan karena
merangsang timbulnya lendir yang berlebihan – suatu hal yang sangat
kontroversial bagi ahli gizi dan teknologi pengolahan pangan pada umumnya.
Di antara gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari
mengkonsumsi susu sapi adalah kegemukan, asma, infeksi paru-paru, pilek alergi
(misal alergi serbuk sari) dan tuberkulosis6, meskipun pada umumnya ahli gizi
dan dokter berpendapat bahwa susu sapi dapat menjadi bahan makanan sumber
berbagai macam antibodi untuk melawan penyakit[7].
Allah SWT. telah berfirman bahwa susu adalah minuman yang
disediakan-Nya bagi manusia (QS. 16: 66, 23: 21). Allah juga menyebutkan bahwa
minuman susu itu mudah ditelan oleh manusia. Dalam istilah ilmu gizi tentunya
mudah ditelan ini maksudnya adalah mempunyai arti fisiologis yang baik. Tidak
mungkin Allah menjerumuskan hamba-hamba-Nya dengan menunjukkan sumber minuman
yang justru menimbulkan berbagai macam penyakit. Maka dalam kontroversi manfaat
ataukah kerugian yang akan kita rasakan sesudah mengkonsumsi susu sapi perlu
dikaji secara menyeluruh, bukan hanya untuk satu jenis gangguan kesehatan
semata. Kalau dikatakan susu sapi bisa menjadi sumber antibodi untuk melawan
penyakit tertentu, sedangkan di sisi lain status kesehatan orang yang
bersangkutan tidak dimonitor secara menyeluruh (misal alergi tetap ada dan
berat badan semakin bertambah tanpa bisa dikontrol), maka boleh jadi memang ada
manfaat dari susu sapi bagi kesehatan manusia di samping banyak mudhorot yang
ditimbulkannya. Ini mirip dengan yang telah berlaku bagi minuman keras (khamr),
tapi dalam khamr ini Allah jelas-jelas telah membongkar rahasianya dengan
berfirman bahwa di dalam khamr memang bisa ditemui ada manfaatnya (paradoks
Perancis dengan khamr anggur merahnya), namun kemudhorotannya jauh lebih besar.
Dengan demikian maka besarnya konsumsi susu sapi oleh kaum muslimin selama ini
bisa jadi hanya disebabkan oleh keterbatasan ilmu manusia yang keliru dalam
menafsirkan ayat tentang susu dalam Al Qur’an sebagai susu ternak apa saja
termasuk sapi, sedangkan seharusnya adalah susu kambing. Bukti-bukti ilmiah
tentang manfaat susu kambing terhadap kesehatan sebetulnya telah diperoleh
manusia 3,6,[8],[9] hanya saja secara umum publikasinya masih kalah
dibandingkan dengan susu sapi3.
Kesiapan Teknologi Pendukung Produksi Susu Kambing
Sesudah mengetahui sangat banyaknya manfaat susu kambing
dibandingkan dengan susu sapi, maka tentu timbul pertanyaan: Mengapa di
Indonesia sulit dijumpai produk susu kambing di toko-toko atau di supermarket-
supermarket? Bukankah kambing bisa hidup di iklim negara kita? Apakah memang
budidaya kambing itu sulit alias tidak prospektif dari sudut pandang ekonomi?
Telah diteliti bahwa budidaya kambing sangat potensial dan realistis untuk
dikembangkan di negara-negara yang sedang berkembang dengan iklim tropis3.
Dari Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai
Penelitian Ternak di Bogor dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan di
Indonesia sangat cocok bagi budidaya kambing dari jenis yang bisa dijadikan
sekaligus pemasok susu dan daging, yakni peranakan antara kambing kacang dan
kambing Etawah yang berasal dari India dan dikenal dengan kambing PE[10]. Dalam
laporan penelitian itu disarankan agar ternak kambing yang jantan dibesarkan
untuk dimanfaatkan dagingnya, sedangkan ternak yang betina dibesarkan untuk
diambil susunya. Diperhitungkan bahwa satu ekor kambing PE dapat mencukupi
kebutuhan protein hewani asal susu untuk sebuah keluarga dengan 5 orang anggota
keluarga. Budidaya kambing PE ini sudah menunjukkan keberhasilan di beberapa
daerah sehingga sangat potensial untuk dijadikan proyek nasional bagi negara
kita yang mayoritas penduduknya masih sangat rendah status gizi dan kemampuan
ekonominya.
Jadi, apa lagi yang perlu kita tunggu? Di satu sisi kita
dapat menaikkan taraf kesehatan masyarakat dengan menyediakan sumber protein
hewani yang halal dan thoyyib, dan menaikkan taraf ekonomi rakyat di
pedesaan-pedesaan melalui usaha budidaya kambing ini. Di sisi lain kita dapat
melestarikan salah satu sunnah Rasulullah yang telah banyak dilupakan orang di
negara yang mayoritas penduduknya muslim. Kita bisa mengambil pelajaran dari
negara tetangga kita Malaysia yang telah sukses lebih dahulu dalam
mempromosikan pentingnya peran susu kambing ini secara profesional[11].
Oleh karena itu sudah saatnya para ahli teknologi pengolahan
pangan, ahli gizi, ekonom, ahli budidaya ternak dan jajaran pimpinan di
pemerintahan memikirkan lebih serius lagi dan saling bekerja sama dalam
memasyarakatkan peran penting susu kambing ini dan meningkatkan produksinya. Dalam
hal ini ada dua hal penting yang perlu mendapatkan prioritas: peningkatan
produksi susu dengan tetap memperhatikan kesehatan ternak dan lingkungan, dan
peningkatan keamanan/higiene susu, terutama karena manfaat kesehatan susu
kambing sangat berkurang akibat pemanasan, sedangkan pada umumnya untuk
keamanan dan pengawetan produk susu perlu dipanaskan.
Karlsruhe (Jerman), 20 April 2003
--------------------------------------------------------------------------------
Footnote
[1] Al Qur’an dan Terjemahannya. Yayasan
Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an Departemen Agama. (1971)
[2] Khalid, M. Kh.: Karakteristik Perihidup 60 Shahabat
Rasulullah. Penerjemah: Mahyuddin Syaf dkk. Bandung: CV Diponegoro, p. 215-216
(1987)
[3] Haenlein, G.F.W.: Past, Present, and Future Perspectives
of Small Ruminant Dairy Research. Journal of Dairy Science, 84(9): 2097-2115
(2001)
[4] Khalid, M. Kh.: Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari
Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah. Penerjemah: Mahyuddin Syaf dkk.
Bandung: CV Diponegoro, p. 78-82 (1992)
[5] Kristanti, I.: Bila tidak tahan minum susu.
http://pagihp.tripod.com/minmsusu.htm (1998)
[6] Walker, N.W.: Auch Sie können wieder juenger werden.
Judul asli: Become younger. Muenchen: Wilhelm Goldmann Verlag, p. 58-64 (2002)
[7] Carper, J.: Nahrung ist die beste Medizin. Judul asli:
The Food Pharmacy. Muenchen: Econ Ullstein List Verlag, p. 179-194 (2001)
[8] Walker, N.W.: Frische Frucht- und Gemuesesaefte. Judul
asli: Fresh Vegetable and Fruit Juices. Muenchen: Wilhelm Goldmann Verlag, p.
120-122 (1995)
[9] Rachman, R.: Khasiat Susu dan Daging Kambing. Harian
Kompas, 2 September 2002.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/02/iptek/khas35.htm
[10] Kambing PE Penghasil Daging Sekaligus Susu. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. 23 (4), 2001.
http://pustaka.bogor.net/publ/warta/w2345.htm
[11] http://www.m-sia.com/npdairies
Penulis: Indah Kristanti (nurulqolbu@web.de) Alhikmah.com
disadur dari swaramuslim
Tambahkan Komentar